Langsung ke konten utama

Mengulang Ingatan: Part 9 My Favorite Friendship

Dear ma pretty sister @mumu_muthiamutmainnah
Sejak awal, kau pun paham bagaimana aku begitu bangga mengenalmu. Perkenalan kita pun tak biasa bersama momen yang tak biasa dan dihadapkan dengan orang-orang luar biasa, di 2016 tahun silam.

Kita berkenalan lewat program yang begitu (E) (P) (I) (C), sebuah program yang diusung Regional English Language Office (RELO) US Embassy. Sebut saja Pre-Service English Teacher. Dan memang benar, program ini EPIC, program yang menyembunyikan maknanya; Empowered, Prepared, Inspired, and Connected.

Empowered. Ia seperti nutrisi hati buat saya. Sebab tanpanya saya tak mampu berbuat banyak untuk negeri, terlebih terhadap diri sendiri.

Prepared. Banyak hal yang ku cipta adalah hasil curian darinya, dan banyak hal yang telah ku kerjakan adalah bagian dari persiapan jauh-jauh hari karenanya. Itu sebabnya, aku mengganggap ia inspiration.

Inspired. Kalaupun berbeda, tetap saja aku berangkat dari motivasi berharganya. Bagaimana melakukan hal tanpa harus berpikir apa yang akan terjadi setelahnya. Sebab pada masa lalu, aku adalah jenis yang penuh pertimbangan dalam hal apa saja. Termasuk atas ketakutanku 'menjadi' pengajar jenis apa di hari esok.

Connected. Bertemu dengan 42 pengajar muda, luar biasa, dengan background yang sama (English Department) from all over Indonesia and Timor Leste. Pun hingga hari ini kami masih bertegur sapa meski lewat sosial media. Alhamdulillah.



Nah, terlebih satu gadis asal Pinrang, Sulawesi Selatan ini. Kebersamaan kami tak hanya berakhir di satu Program ini, tapi berlanjut di momen-momen yang jauh lebih menyenangkan lagi. Bahkan kami sempat jadi roommate (teman se-kosan). Dan tentunya, principle hidup saya juga berlaku pada gadis ini 'BAHWA SETIDAKNYA ADA SATU KEBAIKAN YANG BISA KITA AMBIL DARI TIAP PRIBADI YANG KITA KENAL'. MasyaAllah.. thank to Allah udah mempertemukan Ige dengan orang-orang baik sepertinya.  Sehat-sehat ya kita...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Baik

  Memilih milih teman itu boleh. Yang ngga boleh itu, memilih milih berbuat baik ke orang. Kenapa? Karena karaktermu bergantung dengan siapa lingkunganmu. Kalau bergaul dengan orang yang ngga bener, ya kecipratan juga ngga benernya. Kecuali kalau kamu udah bisa mastiin orang disekitarmu adalah orang yang baik. Dan akan memberi pengaruh baik. Atau, kamu udah bener-bener baik untuk menjadi orang yang berpengaruh baik di lingkunganmu. But, who knows? Kita manusia biasa, banyak khilafnya. Jadi, perlu ada batasan. Jangan semua dijadiin temen. Maaf. Saya berani bilang gini karena pengalaman yang mengajarkan. Bahwa ngga semua orang adalah baik dan memberi pengaruh baik untuk kita.  Jadi fokus saja berbuat baik semampunya, dan menjadi lebih baiklah dari hari hari sebelumnya.

Menikah Itu tentang Sebuah Keyakinan!

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh. Pembaca. Semoga tulisan ini mendapati kita dalam keadaan baik, niat yang baik dan harapan-harapan hidup yang baik. Kodratnya, kita adalah pendosa dan tak ada satupun yang benar-benar baik diantara kita. Kalaupun ada diantara kita yang terlihat baik, maka yang terlihat hanyalah sebatas usaha kita menjadi lebih baik, bertaubat pada-Nya. Jadi, mari menjadi baik tanpa menganggap diri jauh lebih baik. Yang salah adalah jika kita tak pernah berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ini, terus berkutat pada anggapan yang sama 'langkahku adalah jauh lebih baik' sebab anggapan inilah yang pada akhirnya menyeret kita yang telah baik malah kembali pada cerminan tak baik. Jika kita pernah dibuat terluka oleh satu sayatan, maka biarkan sayatan demi sayatan berikutnya menutupi rasa sakit yang kita tanggung sendiri, seperti itulah pengaruh pikiran membawa kita pada alam di bawah sadar. Belajar untuk memaafkan dan terus m...

Tak Perlu Ada Iri Diantara Kita

  Hal yang paling melekat dalam diri manusia dan tak bisa lepas adalah rasa ingin lebih atau rasa tak puas diri. Sebenarnya hal ini bisa saja positif, namun tak banyak yang sanggup mengontrol ini dengan baik. Karena sejatinya, merasa puas itu tak baik jika porsinya terlalu. Mengapa? karena terlalu cepat puas menghadirkan energi negatif bagi diri sendiri; (1) merasa terlena dan tak ingin lagi melakukan hal lain, jatohnya malas, (2) menjadi bangga diri, memuji diri, besar kepala dan sedikit saja akan menampakkan kesombongan (3) tertinggal langkah yang lain, hingga usaha kita banyak terlampaui oranglain yang pada akhirnya melahirkan rasa iri di dalam hati (4) Menutup kesempatan untuk lebih mengembangkan potensi diri, sebab merasa cukup bisa saja membuat kita tidak bisa merambah ke bidang yang lain. N audzubillah mindzalik. Meski kita pun sama-sama paham bahwa rasa puas pun dibutuhkan untuk mengucap syukur atas apa yang Allah beri, pun bagian dari usaha berterima kasih p...