Langsung ke konten utama

Mengulang Ingatan: Masih Lanjutan Part 1

Berawal dari menjadi bagian dari duta kampus masa itu, akhirnya level kepercayaan diriku meningkat meski tak banyak. Sekali lagi, aku patut berterima kasih kepada masa lalu dan orang-orang yang mendukung di dalamnya. Terkhusus, @Nurul Suciana Adam teman seperjuangan kala itu, sekaligus sebagai pemeran tambahan part 1 yang tidak kusebutkan namanya. Juga, terima kasih kepada siapa saja yang ikut andil, ikut campur atau ikut-ikutan dalam skenario masa kuliahku.
Bukan persoalan siapa yang terus menyerukan kebaikan, melainkan juga tentang kejelekan yang melahirkan banyak kebaikan-kebaikan. Sebab aku pernah tak bijak dalam mengambil keputusan dan tindakan (bahkan sering), masuk dalam dunia baru yang aku sendiri tak tahu menahu jalan keluarnya, juga mencipta zona baru dalam hidup oranglain sedang aku tak pandai mengoptimalkannya kembali. Sebaliknya, lari dari kenyataan sebenar-benarnya yang secara sadar aku sendiri yang telah memulainya. Atau bahkan, dikait-kaitkan persoalan yang tidak pernah ku pahami titik temunya.

Namun dari perkara-perkara itu, aku semakin paham menempatkan diri pada keadaan yang seharusnya. Setiap hari ku iyangkan untuk berterima kasih pada masa lalu. Dari sana, akhirnya ku tapaki hari ini.

Palembang 2014 adalah anak tangga kedua yang berhasil ku tapaki, sekaligus menaikkan satu level kepercayaan diri lagi dalam sejarah hidup. Disini ku semakin mengerti cara menghargai tiap inci jejak yang ku tinggalkan. Bertemu dengan ragam karakter, adat-istiadat, budaya, dan kepercayaan. Menghargai tiap digit leputusan yang telah kuambil tiap harinya, dan menebarkan hal positif yang bisa oranglain rasakan dampaknya.

Mewakili forum: Delegasi Indonesia Timur

Penyerahan Certificate of Appreciation

Palembang, 2014


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Baik

  Memilih milih teman itu boleh. Yang ngga boleh itu, memilih milih berbuat baik ke orang. Kenapa? Karena karaktermu bergantung dengan siapa lingkunganmu. Kalau bergaul dengan orang yang ngga bener, ya kecipratan juga ngga benernya. Kecuali kalau kamu udah bisa mastiin orang disekitarmu adalah orang yang baik. Dan akan memberi pengaruh baik. Atau, kamu udah bener-bener baik untuk menjadi orang yang berpengaruh baik di lingkunganmu. But, who knows? Kita manusia biasa, banyak khilafnya. Jadi, perlu ada batasan. Jangan semua dijadiin temen. Maaf. Saya berani bilang gini karena pengalaman yang mengajarkan. Bahwa ngga semua orang adalah baik dan memberi pengaruh baik untuk kita.  Jadi fokus saja berbuat baik semampunya, dan menjadi lebih baiklah dari hari hari sebelumnya.

Menikah Itu tentang Sebuah Keyakinan!

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh. Pembaca. Semoga tulisan ini mendapati kita dalam keadaan baik, niat yang baik dan harapan-harapan hidup yang baik. Kodratnya, kita adalah pendosa dan tak ada satupun yang benar-benar baik diantara kita. Kalaupun ada diantara kita yang terlihat baik, maka yang terlihat hanyalah sebatas usaha kita menjadi lebih baik, bertaubat pada-Nya. Jadi, mari menjadi baik tanpa menganggap diri jauh lebih baik. Yang salah adalah jika kita tak pernah berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ini, terus berkutat pada anggapan yang sama 'langkahku adalah jauh lebih baik' sebab anggapan inilah yang pada akhirnya menyeret kita yang telah baik malah kembali pada cerminan tak baik. Jika kita pernah dibuat terluka oleh satu sayatan, maka biarkan sayatan demi sayatan berikutnya menutupi rasa sakit yang kita tanggung sendiri, seperti itulah pengaruh pikiran membawa kita pada alam di bawah sadar. Belajar untuk memaafkan dan terus m...

Tak Perlu Ada Iri Diantara Kita

  Hal yang paling melekat dalam diri manusia dan tak bisa lepas adalah rasa ingin lebih atau rasa tak puas diri. Sebenarnya hal ini bisa saja positif, namun tak banyak yang sanggup mengontrol ini dengan baik. Karena sejatinya, merasa puas itu tak baik jika porsinya terlalu. Mengapa? karena terlalu cepat puas menghadirkan energi negatif bagi diri sendiri; (1) merasa terlena dan tak ingin lagi melakukan hal lain, jatohnya malas, (2) menjadi bangga diri, memuji diri, besar kepala dan sedikit saja akan menampakkan kesombongan (3) tertinggal langkah yang lain, hingga usaha kita banyak terlampaui oranglain yang pada akhirnya melahirkan rasa iri di dalam hati (4) Menutup kesempatan untuk lebih mengembangkan potensi diri, sebab merasa cukup bisa saja membuat kita tidak bisa merambah ke bidang yang lain. N audzubillah mindzalik. Meski kita pun sama-sama paham bahwa rasa puas pun dibutuhkan untuk mengucap syukur atas apa yang Allah beri, pun bagian dari usaha berterima kasih p...