Hanya ingin membuka album lama. Sudah ku bilang kala itu, berkunjung ke tempat baru, menemui orang baru, berkenalan dan menikmati pertemuan adalah merencana rindu yang entah kapan datangnya. Dan hari ini? Kerinduan itu ditujukan untuk lembar album saat bersamamu @anna_djaya
Dari sekian teman tidur di masa kuliah, kamu lah gadis terakhir yang ku ajak tidur. Upsss... bukan kasus REYNHARD SINAGA, melainkan list terakhir dari deretan daftar pindah kosan (sekaligus pindah teman tidur tentunya). Yang pada akhirnya, kini ku berlabu pada lawan jenis yang InsyaAllah abadi.
Mengingat momen lama saat-saat berjuang tuntaskan studi bersamamu. Kerja sambil kuliah memang tantangan luar biasa, meski kita selalu sepakat untuk menikmatinya. Kamu dengan kelihaian-mu menari diatas pentas, sedang aku dengan kegigihanku menari diatas kertas, meski sesekali harus mengisi jam tayang di universitas. Terlebih masa saat kita mulai paham tentang kesamaan passion yang kita miliki. Kita sama-sama suka estetika, kita sama-sama senang merangkai bunga, kita sama-sama senang menghabiskan weekend di tempat yang memanjakan mata. Seperti, berburu bahan-bahan handcraft misalnya. Aaaah, meski hujan dan petir menjelma penghadang di tengah perjalanan tapi tetap saja, kita menikmatinya.
Hadirnya @makassar_decoupage adalah bukti bahwa passion akan jadi supporting system tersendiri bagi yang menikmatinya. Pembeli galon dan tambahan kebutuhan masa kosan dikala itu. Lumayan, juga sebagai self reward penopang weekend sesekali makan enak dari hasil kerja cantik tangan kita. Aaahh.. sayangnya, tak ada regenerasi setelahnya. MD tidur meski masih banyak yang berusaha membangunkannya hingga detik ini. Diantara redaksi pertanyaan yang terus bermunculan: "ASSALAMUALAIKUM, TABE... MASIH READY STOCK FLOWER FRAME TA?: Aku rindu menjawabnya segera: IYE.. MASIH. Mau kombinasi warna apa?
Tapi pikirku, mungkin ini bisa dilanjutkan oleh siapa saja yang siap melanjutkan passion kita. Pernah sesekali kita coba, tawarkan ke mahasiswa yang butuh tambahan kesibukan yang bisa nge-boost tambahan jajan mereka, tapi akhirnya nihil juga😔 Kenyataan mendapati bahwa tak semua orang punya semangat yang sama membaranya dengan kita.
Hari ini, ku bercerita tentang kala itu. Masa menuntaskan studi magister ditemani gadis manis asal kota kelahiran yang sama denganku. Masa seperjuangan, tahun kedua studi strata dua ku. Dan masa itu, Tuhan amanahkan sebuah pekerjaan di salahsatu Universitas almamater merah sebagai translator dan guide tamu penting dari negara asing. Itu salahsatu alasan mengapa memutuskan bermukim dengan gadis ini. Sebab, kostannya hanya selangkah dari unit tempatku bekerja. Tentu pilihan tepat untuk pindah (lagi). Mengingat amanah dan puncak lelah. Sebab sebelum memutuskan stay bersamanya, tak kuasa menembus pagi dari Samata dan lanjut ke Pettarani. Siangnya, harus lanjut tawaf lagi ke Samata. Ujung pukul ujung istilahku (Everyday Samata-Perintis-Pettarani). Akhirnya sedikit mengurangi lelah dengan mengganti rute (Perintis-Pettarani-Samata). Ini semua karena jadwal pagi buta yang mengawali di Perintis. Tentu saja semua karena tuntutan barokah, InsyaAllah. Semenjak nikmat pekerjaan itu ditancapkan ke dada, semenjak itu ku sesak dan tak berdaya.
Banyak tantangan masa kuliah yang harus ku tuntaskan tak hanya persoalan satu amanah, melainkan tugas kuliah, jam ngajar di salahsatu lembaga dan juga amanah lain; mengambil alih jam ngajar professor di kampus hijau dengan status asisten kala itu. Gaji sedikit, tapi pengalaman yang membludak! MasyaAllah.
Ditambah lagi, masih berproses sebagai freelancer @quippercampus masa itu, kontributor naskah/artikel edukasi @quipperindonesia kejar deadline dari univ satu hingga 8 univ lainnya yang jadi tanggungjawab keutuhan data akurat. Hingga di tahun kedua, akhirnya diamanahkan menjadi editor (freelancer) dan dipuncak pengabdian diamanahkan bergabung di kantor pusat (Jakarta) kebetulan lagi butuh editor tetap, tapi ku menolak. Sebab, waktu tak begitu tepat untuk ku tinggalkan tanggungjawab lain dan belum juga menuntaskan studi. Tak hanya itu, ayah dan ibu juga menolak keras dan tak siap ditinggal jauh. Namun kenyataan seperti samar-samar mengulang kembali ingatan, suami diamanahkan di Jakarta demi pengabdian untuk negara. Lantaskah jika menginjakkan kaki di kota ini ku tolak? Tentu tidak. Seperti itulah skenario Tuhan yang tak pernah tertebak.
Komentar