Dari sekian program yang ku ikuti, ada satu program/event internasional yang berhasil mengisi satu ruang dalam ingatan. Ini yang sebelumnya ku singgu dalam satu entri postingan sebelumnya, namun belum pernah ku ceritakan detail kisah dan seperti apa program ini mengubah cara pandang seorang Ige Naya tentang dunia.
Program yang disingkat VICISU atau Vienna Internasional Christian Islamic Summer University adalah sebuah program musim panas yang diadakan oleh kementerian riset dan tekhnologi Austria yang bekerjasama dengan kurang lebih 16 Negara di 5 benua, termasuk Indonesia. Sekitar 40 an peserta dari delegasi negara yang ada, mahasiswa dan professor duduk bersama dan mendiskusikan issu global dalam 2 hal: Interculture and Interreligious, tak pandang usia- sebab kita paham bahwa kita adalah lawan bicara namun kawan berpikir.
Issu keagamaan dan budaya menjadi hal krusial dalam bermasyarakat, termasuk masyarakat dunia. Sebab, dari dua hal itu perbedaan menjadi hal sensitif untuk kita jadikan bahan dialog dan toleransi. Disini, cakrawala berpikirku pelan-pelan berubah. Aku menjadi sedikit paham bagaimana perbedaan budaya dan perbedaan agama di mata dunia. Dan tentunya, semakin paham seperti apa dan bagaimana negeriku sendiri dengan ragam agama dan budaya di dalamnya. Bangga, haru, dan semakin cinta! Tiga hal itu yang menguasai rasa ketika itu, terlebih karena aku adalah satu diantara 4 orang terpilih (delegasi Indonesia) di Forum ini.
Juga mengingat perjuangan meraih beasiswa bergengsi ini, tentu bukan hal sederhana sebab banyak rentetan seleksi yang harus kami tuntaskan satu persatu. Sempat tak yakin pada diri sendiri, karena transparansi seleksi membuat iri. Banyak yang jauh lebih hebat, lebih pantas. Tapi jawaban Tuhan menetapkan namaku dibarisan yang paling beruntung saat itu. Sejak itu kuyakini satu hal bahwa tak ada keberuntungan yang berjalan sendirian, ia beriring dengan usaha yang pantas. Tuhan beri amanah, artinya Tuhan punya penilaian sendiri yang mewajarkan kita mendapat kesempatan. Jalani, karena Tuhan percaya jadi kita kudu percaya juga kita bisa.
http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index.php?berita=detil&jenis=news&jd=711#.XqzLRhgxd-E
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/mahasiswa-uin-alauddin-terpilih-ikuti-pertemuan-pbb
https://www.google.com/amp/s/news.okezone.com/amp/2016/08/04/65/1454899/mahasiswa-uin-makassar-wakili-indonesia-di-ajang-internasional
https://beritakotamakassar.fajar.co.id/berita/2016/08/02/dapat-beasiswa-ke-austria/
https://uin-alauddin.ac.id/berita/detail/mahasiswa-pbi-uin-alauddin-raih-beasiswa-ke-wina-austria
https://washilah.com/2016/07/mahasiswi-ftk-uin-alauddin-wakili-indonesia-ke-austria/
Program yang disingkat VICISU atau Vienna Internasional Christian Islamic Summer University adalah sebuah program musim panas yang diadakan oleh kementerian riset dan tekhnologi Austria yang bekerjasama dengan kurang lebih 16 Negara di 5 benua, termasuk Indonesia. Sekitar 40 an peserta dari delegasi negara yang ada, mahasiswa dan professor duduk bersama dan mendiskusikan issu global dalam 2 hal: Interculture and Interreligious, tak pandang usia- sebab kita paham bahwa kita adalah lawan bicara namun kawan berpikir.
Issu keagamaan dan budaya menjadi hal krusial dalam bermasyarakat, termasuk masyarakat dunia. Sebab, dari dua hal itu perbedaan menjadi hal sensitif untuk kita jadikan bahan dialog dan toleransi. Disini, cakrawala berpikirku pelan-pelan berubah. Aku menjadi sedikit paham bagaimana perbedaan budaya dan perbedaan agama di mata dunia. Dan tentunya, semakin paham seperti apa dan bagaimana negeriku sendiri dengan ragam agama dan budaya di dalamnya. Bangga, haru, dan semakin cinta! Tiga hal itu yang menguasai rasa ketika itu, terlebih karena aku adalah satu diantara 4 orang terpilih (delegasi Indonesia) di Forum ini.
Juga mengingat perjuangan meraih beasiswa bergengsi ini, tentu bukan hal sederhana sebab banyak rentetan seleksi yang harus kami tuntaskan satu persatu. Sempat tak yakin pada diri sendiri, karena transparansi seleksi membuat iri. Banyak yang jauh lebih hebat, lebih pantas. Tapi jawaban Tuhan menetapkan namaku dibarisan yang paling beruntung saat itu. Sejak itu kuyakini satu hal bahwa tak ada keberuntungan yang berjalan sendirian, ia beriring dengan usaha yang pantas. Tuhan beri amanah, artinya Tuhan punya penilaian sendiri yang mewajarkan kita mendapat kesempatan. Jalani, karena Tuhan percaya jadi kita kudu percaya juga kita bisa.
http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index.php?berita=detil&jenis=news&jd=711#.XqzLRhgxd-E
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/mahasiswa-uin-alauddin-terpilih-ikuti-pertemuan-pbb
https://www.google.com/amp/s/news.okezone.com/amp/2016/08/04/65/1454899/mahasiswa-uin-makassar-wakili-indonesia-di-ajang-internasional
https://beritakotamakassar.fajar.co.id/berita/2016/08/02/dapat-beasiswa-ke-austria/
https://uin-alauddin.ac.id/berita/detail/mahasiswa-pbi-uin-alauddin-raih-beasiswa-ke-wina-austria
https://washilah.com/2016/07/mahasiswi-ftk-uin-alauddin-wakili-indonesia-ke-austria/
Komentar