Langsung ke konten utama

Mengulang Ingatan: Part 3 Pencapaian dari Sekian Pencapaian

Dari sekian program yang ku ikuti, ada satu program/event internasional yang berhasil mengisi satu ruang dalam ingatan. Ini yang sebelumnya ku singgu dalam satu entri postingan sebelumnya, namun belum pernah ku ceritakan detail kisah dan seperti apa program ini mengubah cara pandang seorang Ige Naya tentang dunia.


Program yang disingkat VICISU atau Vienna Internasional Christian Islamic Summer University adalah sebuah program musim panas yang diadakan oleh kementerian riset dan tekhnologi Austria yang bekerjasama dengan kurang lebih 16 Negara di 5 benua, termasuk Indonesia. Sekitar 40 an peserta dari delegasi negara yang ada, mahasiswa dan professor duduk bersama dan mendiskusikan issu global dalam 2 hal: Interculture and Interreligious, tak pandang usia- sebab kita paham bahwa kita adalah lawan bicara namun kawan berpikir.









Issu keagamaan dan budaya menjadi hal krusial dalam bermasyarakat, termasuk masyarakat dunia. Sebab, dari dua hal itu perbedaan menjadi hal sensitif untuk kita jadikan bahan dialog dan toleransi. Disini, cakrawala berpikirku pelan-pelan berubah. Aku menjadi sedikit paham bagaimana perbedaan budaya dan perbedaan agama di mata dunia. Dan tentunya, semakin paham seperti apa dan bagaimana negeriku sendiri dengan ragam agama dan budaya di dalamnya. Bangga, haru, dan semakin cinta! Tiga hal itu yang menguasai rasa ketika itu, terlebih karena aku adalah satu diantara 4 orang terpilih (delegasi Indonesia) di Forum ini.




Juga mengingat perjuangan meraih beasiswa bergengsi ini, tentu bukan hal sederhana sebab banyak rentetan seleksi yang harus kami tuntaskan satu persatu. Sempat tak yakin pada diri sendiri, karena transparansi seleksi membuat iri. Banyak yang jauh lebih hebat, lebih pantas. Tapi jawaban Tuhan menetapkan namaku dibarisan yang paling beruntung saat itu. Sejak itu kuyakini satu hal bahwa tak ada keberuntungan yang berjalan sendirian, ia beriring dengan usaha yang pantas. Tuhan beri amanah, artinya Tuhan punya penilaian sendiri yang mewajarkan kita mendapat kesempatan. Jalani, karena Tuhan percaya jadi kita kudu percaya juga kita bisa.





http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index.php?berita=detil&jenis=news&jd=711#.XqzLRhgxd-E

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/mahasiswa-uin-alauddin-terpilih-ikuti-pertemuan-pbb

https://www.google.com/amp/s/news.okezone.com/amp/2016/08/04/65/1454899/mahasiswa-uin-makassar-wakili-indonesia-di-ajang-internasional

https://beritakotamakassar.fajar.co.id/berita/2016/08/02/dapat-beasiswa-ke-austria/

https://uin-alauddin.ac.id/berita/detail/mahasiswa-pbi-uin-alauddin-raih-beasiswa-ke-wina-austria

https://washilah.com/2016/07/mahasiswi-ftk-uin-alauddin-wakili-indonesia-ke-austria/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Baik

  Memilih milih teman itu boleh. Yang ngga boleh itu, memilih milih berbuat baik ke orang. Kenapa? Karena karaktermu bergantung dengan siapa lingkunganmu. Kalau bergaul dengan orang yang ngga bener, ya kecipratan juga ngga benernya. Kecuali kalau kamu udah bisa mastiin orang disekitarmu adalah orang yang baik. Dan akan memberi pengaruh baik. Atau, kamu udah bener-bener baik untuk menjadi orang yang berpengaruh baik di lingkunganmu. But, who knows? Kita manusia biasa, banyak khilafnya. Jadi, perlu ada batasan. Jangan semua dijadiin temen. Maaf. Saya berani bilang gini karena pengalaman yang mengajarkan. Bahwa ngga semua orang adalah baik dan memberi pengaruh baik untuk kita.  Jadi fokus saja berbuat baik semampunya, dan menjadi lebih baiklah dari hari hari sebelumnya.

Menikah Itu tentang Sebuah Keyakinan!

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh. Pembaca. Semoga tulisan ini mendapati kita dalam keadaan baik, niat yang baik dan harapan-harapan hidup yang baik. Kodratnya, kita adalah pendosa dan tak ada satupun yang benar-benar baik diantara kita. Kalaupun ada diantara kita yang terlihat baik, maka yang terlihat hanyalah sebatas usaha kita menjadi lebih baik, bertaubat pada-Nya. Jadi, mari menjadi baik tanpa menganggap diri jauh lebih baik. Yang salah adalah jika kita tak pernah berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ini, terus berkutat pada anggapan yang sama 'langkahku adalah jauh lebih baik' sebab anggapan inilah yang pada akhirnya menyeret kita yang telah baik malah kembali pada cerminan tak baik. Jika kita pernah dibuat terluka oleh satu sayatan, maka biarkan sayatan demi sayatan berikutnya menutupi rasa sakit yang kita tanggung sendiri, seperti itulah pengaruh pikiran membawa kita pada alam di bawah sadar. Belajar untuk memaafkan dan terus m...

Tak Perlu Ada Iri Diantara Kita

  Hal yang paling melekat dalam diri manusia dan tak bisa lepas adalah rasa ingin lebih atau rasa tak puas diri. Sebenarnya hal ini bisa saja positif, namun tak banyak yang sanggup mengontrol ini dengan baik. Karena sejatinya, merasa puas itu tak baik jika porsinya terlalu. Mengapa? karena terlalu cepat puas menghadirkan energi negatif bagi diri sendiri; (1) merasa terlena dan tak ingin lagi melakukan hal lain, jatohnya malas, (2) menjadi bangga diri, memuji diri, besar kepala dan sedikit saja akan menampakkan kesombongan (3) tertinggal langkah yang lain, hingga usaha kita banyak terlampaui oranglain yang pada akhirnya melahirkan rasa iri di dalam hati (4) Menutup kesempatan untuk lebih mengembangkan potensi diri, sebab merasa cukup bisa saja membuat kita tidak bisa merambah ke bidang yang lain. N audzubillah mindzalik. Meski kita pun sama-sama paham bahwa rasa puas pun dibutuhkan untuk mengucap syukur atas apa yang Allah beri, pun bagian dari usaha berterima kasih p...