Langsung ke konten utama

Mengulang Ingatan: Lanjutan Part 3

Terimakasih yang tak terhingga untuk siapa saja yang terlibat hingga proses studi strata kedua ku usai. Tanpa terkecuali, yang hadir terlibat langsung atau bahkan lewat doanya.

Terkhusus untuk bapak-mamak yang tiada henti mengirim doa. Ayah yang tiap tetes keringatnya adalah harapan, juga ibu yang pesannya selalu jadi panutan. Terimakasih, untuk kesekian kali doa-doamu diijabah Allah lagi.

Terimakasih sudah menjadi saksi, betapa panjang dan penuh perjuangan menyukseskan studi ini. Terlebih atas studi akhir, yang begitu menantang. Mulai dari pengambilan keputusan; judul penelitian yang tak biasa, hingga ups and downs yang luar biasa.

Terimakasih😘
Meski sesekali mendapati perlakuan dan ungkapan-ungkapan tak begitu mengenakkan; "sok-sok mau ambil penelitian S3. Biar itu tidak bisaji na selesaikan." Al wahab.. al Wahab.. Engkaulah Dzat yang tak ada batasannya. Jika hambamu yang penuh keterbatasan ini kau kehendaki, jadilah maka jadilah.

Meski berat menjalani, disela waktu yang sama harus mempersiapkan pernikahan dan wisuda pascasarjana di bulan yang sama. Wajar saja, beban di pundak dan pusaran hitam gelap pekat di pikiran semakin menjadi-jadi. At least, alhamdulillah semua bisa dilalui...

Tentu saja, semua tak terlepas dari bantuan dan doa keluarga, teman, sahabat. Termasuk pembaca,  terima kasih atas doa-doa baik teman sekalian di hari bahagia (kami), hari pembuka chapter hidup (kami) yang baru. Semoga kebaikan terus mendekap dan menyelumuti (kami) sebagai pasangan yang tentunya terus mengharap ridho sang Ilahi.

Terimakasih. Mohon tetap doakan tiap inci langkah kami kedepan. Semoga senantiasa dibukakan rentetan pintu-pintu kebaikan. Dirahmati Allah sebagai pasangan yang selalu meletakkan agama diatas segalanya.
Kedua setelah yang utama. Segala khilaf (jika ada) mohon dimaafkan, sebab lembar baru telah (kami) mulai. Kita tak pernah tahu seluwes apa lisan hingga melukai. Pun kita juga tak pernah tahu, se-welcome apa kita hingga lupa menjaga etiket. (Kami) tetaplah manusia biasa. Tempatnya salah dan dosa, masih pembelajar ulung yang aibnya Tuhan tutup rapat-rapat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Baik

  Memilih milih teman itu boleh. Yang ngga boleh itu, memilih milih berbuat baik ke orang. Kenapa? Karena karaktermu bergantung dengan siapa lingkunganmu. Kalau bergaul dengan orang yang ngga bener, ya kecipratan juga ngga benernya. Kecuali kalau kamu udah bisa mastiin orang disekitarmu adalah orang yang baik. Dan akan memberi pengaruh baik. Atau, kamu udah bener-bener baik untuk menjadi orang yang berpengaruh baik di lingkunganmu. But, who knows? Kita manusia biasa, banyak khilafnya. Jadi, perlu ada batasan. Jangan semua dijadiin temen. Maaf. Saya berani bilang gini karena pengalaman yang mengajarkan. Bahwa ngga semua orang adalah baik dan memberi pengaruh baik untuk kita.  Jadi fokus saja berbuat baik semampunya, dan menjadi lebih baiklah dari hari hari sebelumnya.

Menikah Itu tentang Sebuah Keyakinan!

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh. Pembaca. Semoga tulisan ini mendapati kita dalam keadaan baik, niat yang baik dan harapan-harapan hidup yang baik. Kodratnya, kita adalah pendosa dan tak ada satupun yang benar-benar baik diantara kita. Kalaupun ada diantara kita yang terlihat baik, maka yang terlihat hanyalah sebatas usaha kita menjadi lebih baik, bertaubat pada-Nya. Jadi, mari menjadi baik tanpa menganggap diri jauh lebih baik. Yang salah adalah jika kita tak pernah berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ini, terus berkutat pada anggapan yang sama 'langkahku adalah jauh lebih baik' sebab anggapan inilah yang pada akhirnya menyeret kita yang telah baik malah kembali pada cerminan tak baik. Jika kita pernah dibuat terluka oleh satu sayatan, maka biarkan sayatan demi sayatan berikutnya menutupi rasa sakit yang kita tanggung sendiri, seperti itulah pengaruh pikiran membawa kita pada alam di bawah sadar. Belajar untuk memaafkan dan terus m...

Tak Perlu Ada Iri Diantara Kita

  Hal yang paling melekat dalam diri manusia dan tak bisa lepas adalah rasa ingin lebih atau rasa tak puas diri. Sebenarnya hal ini bisa saja positif, namun tak banyak yang sanggup mengontrol ini dengan baik. Karena sejatinya, merasa puas itu tak baik jika porsinya terlalu. Mengapa? karena terlalu cepat puas menghadirkan energi negatif bagi diri sendiri; (1) merasa terlena dan tak ingin lagi melakukan hal lain, jatohnya malas, (2) menjadi bangga diri, memuji diri, besar kepala dan sedikit saja akan menampakkan kesombongan (3) tertinggal langkah yang lain, hingga usaha kita banyak terlampaui oranglain yang pada akhirnya melahirkan rasa iri di dalam hati (4) Menutup kesempatan untuk lebih mengembangkan potensi diri, sebab merasa cukup bisa saja membuat kita tidak bisa merambah ke bidang yang lain. N audzubillah mindzalik. Meski kita pun sama-sama paham bahwa rasa puas pun dibutuhkan untuk mengucap syukur atas apa yang Allah beri, pun bagian dari usaha berterima kasih p...