Tak hanya media kampus dan segudang cerita di dalamnya. Event kampus, antar kampus, nasional dan internasional mulai menggiurkan planning kuliahku.
2013 lalu, pertama kali ku putuskan untuk hidup kos-kosan. Sebelumnya stay di rumah keluarga, namun karena aktivitas yang mulai muncah padat dan kurang nyaman pulang larut malam dari kampus, akhirnya ku putuskan menerima tawaran teman kelas yang kebetulan (juga) adalah kawan di salahsatu lembaga yang sama. Aktivitas kami pun kurang lebih hampir sama tiap harinya, kuliah-organisasi intra A-organisasi intra B dan masih banyak lagi yang memungkinkan kita kemana-mana barengan saja. Alasan itu, kuputuskan untuk hidup kosan dan menjalani hari-hari yang kian menantang.
Tantangan pertama yang dihadapkan adalah aku dan gadis sidrap ini harus beradaptasi dengan karakter 180 derajat beda. Aku yang sadar penuh OCD ini malah dipertemukan dengan satu gadis yang benar-benar menyebalkan tiap harinya. Tapi, lagi-lagi keputusanku telah bulat, prinsipku pun telah kuat bahwa setidaknya ada satu kebaikan yang bisa ku petik dari setiap pribadi yang ku temui. At least, di tahun kedua (sebelum akhirnya ku pindah kostan dan berganti teman tidur tentunya). Ku simpulkan, tak hanya satu pelajaran berharga yang telah ku ambil darinya, pun sebaliknya. Kami sama-sama belajar tentang kekurangan dan dan kelebihan masing-masing, bahkan saling menutupi dan saling support akan itu.
Persoalan salahsatu karakter kami misalnya; AKU yang sangat banyak pertimbangan, hingga jangkauan peluang/kemungkinan 20 tahun kedepan pun apik ku pikirkan, malah terbantahkan oleh si DIA yang sangat kurang pertimbangannya, sebab baginya... pekerjaan yah harusnya dikerjakan, bukan dipikirkan. Pada prinsipnya, ia tak mengindahkan pertimbangan panjang untuk sebuah urusan, jalan saja dulu! JUST DO IT... Tentu saja, tak setiap hal prinsip ini berterima di kepala saya. Sebab setiap keputusan, tindakan, penting untuk dipertimbangkan. Hanya saja, KAMI berada di level terlalu. AKU yang terlalu banyak pertimbangan hingga akhirnya tidak berani memutuskan, DIA yang terlalu mengenyampingkan peluang kedepan, akhirnya kwalahan dan lelah sendiri.
Banyak hal, tak hanya persoalan satu karakter itu yang ruwet jika diulang kembali dalam ingatan, sampai akhirnya jika mengingatnya saja serasa kerinduan tersendiri untuk kembali bertemu. Sebab karenanya, aku telah berani memulai hal yang baru yang terus mengkhawatirkan alam sadar. 2013 lalu, ku beranikan diri mengikuti event yang tak semua orang berani menyodorkan diri dan kemampuannya. Ini karena dia curang dengan mengisi formulir kompetisi dengan data diriku di dalamnya. Ahhh sudahlah, aku marah tapi aku patut berterima kasih.Disitu, kita sama-sama sepakat bahwa yang terlalu jatuhnya tidak bagus.
![]() |
Pemilihan Putra putri kampus |
Komentar