Langsung ke konten utama

Mengulang Ingatan: Part 4 Sudah Seperti Keluarga Sendiri


Saya selalu bangga telah mengenal siapa saja yang pernah hadir. Seperti kalian misalnya. 3 gadis di foto ini  @helmiana_fajri @etsss_ @sitinuraisyahmuflihah di balik layar @daengbiza dan adik @abuulll yang tak sempat hadir. Mereka adalah satu bab tersendiri dalam kisah yang sama-sama kita toreh.
Pun saya selalu merindukan alarm pengingat, jadwal membersihkan di pagi buta. Ige di Kamar depan, Edhy di Kamar Belakang, Icha di Teras depan, Emhy di Dapur, Ethy di Ruang tamu dan Abul selalu menghilang. Itu sebabnya Abul tak kebagian.

Sekali lagi, saya tak pernah menganggap kita berpisah. Kita hanya berjarak sedang  persaudaraan  kita tetap ada. Bagaimanapun ingatan saya masih kuat, kita pernah ditakdirkan hidup seatap. Bereksperimen di dapur, membuat jebakan rat, online di cafe, belanja di Indo Mode. Semua kita lakukan bersama.

Dan kak @bimowidyantoro Tetangga yang paling senang ngajak jogging tapi hingga hari ini, hingga kami tak se-kompleks lagi, jogging tak pernah terjadi. Tetangga yang bertamu, bercerita sedikit lalu pergi lagi. Tetangga yang mamaknya sering ngajak ngerumpi sambil bawa kelinci✌Katanya, kelinci peliharaannya aneh, mirip manusia, makannya nasi dan minumnya teh.
Ah ada-ada saja yang ku rindu.


Ini 'the greatest expression' yang mewakili spontanitas kita kalau datang 'ulah aneh' diantara katte-katte. Kalau ada yang lupa cuci piring, lupa matikan lampu tengah, lupa shut down kompor gas, lupa matikan tivi, dan lupa padatto mesin air. Juga, lupa tutup pagar yang biasa ditinggal sedetik saja, lolos sudah si Doggi (Anjing tetangga belakang, yang suka curi sendal cantik atau sepatu baru). Kalau tidak ada beres-beres, emosi ibu kost 1 (sebutan untuk Neng Icha) dan kalau-kalau bosan nunggu ada yang matikan tivi, komat-kamit mulut saya bilang "siapa na nonton tivi? tidak adaji.. kalau tidak adaji, saya shut down mi?" Hahahaa... sudahlah, saya pikir itu bagian dari kerempongan hidup memang, gaya hidup anak mahasiswa yang InsyaAllah berakhir mi kalau adami pendamping hidup masing-masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Baik

  Memilih milih teman itu boleh. Yang ngga boleh itu, memilih milih berbuat baik ke orang. Kenapa? Karena karaktermu bergantung dengan siapa lingkunganmu. Kalau bergaul dengan orang yang ngga bener, ya kecipratan juga ngga benernya. Kecuali kalau kamu udah bisa mastiin orang disekitarmu adalah orang yang baik. Dan akan memberi pengaruh baik. Atau, kamu udah bener-bener baik untuk menjadi orang yang berpengaruh baik di lingkunganmu. But, who knows? Kita manusia biasa, banyak khilafnya. Jadi, perlu ada batasan. Jangan semua dijadiin temen. Maaf. Saya berani bilang gini karena pengalaman yang mengajarkan. Bahwa ngga semua orang adalah baik dan memberi pengaruh baik untuk kita.  Jadi fokus saja berbuat baik semampunya, dan menjadi lebih baiklah dari hari hari sebelumnya.

Menikah Itu tentang Sebuah Keyakinan!

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh. Pembaca. Semoga tulisan ini mendapati kita dalam keadaan baik, niat yang baik dan harapan-harapan hidup yang baik. Kodratnya, kita adalah pendosa dan tak ada satupun yang benar-benar baik diantara kita. Kalaupun ada diantara kita yang terlihat baik, maka yang terlihat hanyalah sebatas usaha kita menjadi lebih baik, bertaubat pada-Nya. Jadi, mari menjadi baik tanpa menganggap diri jauh lebih baik. Yang salah adalah jika kita tak pernah berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ini, terus berkutat pada anggapan yang sama 'langkahku adalah jauh lebih baik' sebab anggapan inilah yang pada akhirnya menyeret kita yang telah baik malah kembali pada cerminan tak baik. Jika kita pernah dibuat terluka oleh satu sayatan, maka biarkan sayatan demi sayatan berikutnya menutupi rasa sakit yang kita tanggung sendiri, seperti itulah pengaruh pikiran membawa kita pada alam di bawah sadar. Belajar untuk memaafkan dan terus m...

Tak Perlu Ada Iri Diantara Kita

  Hal yang paling melekat dalam diri manusia dan tak bisa lepas adalah rasa ingin lebih atau rasa tak puas diri. Sebenarnya hal ini bisa saja positif, namun tak banyak yang sanggup mengontrol ini dengan baik. Karena sejatinya, merasa puas itu tak baik jika porsinya terlalu. Mengapa? karena terlalu cepat puas menghadirkan energi negatif bagi diri sendiri; (1) merasa terlena dan tak ingin lagi melakukan hal lain, jatohnya malas, (2) menjadi bangga diri, memuji diri, besar kepala dan sedikit saja akan menampakkan kesombongan (3) tertinggal langkah yang lain, hingga usaha kita banyak terlampaui oranglain yang pada akhirnya melahirkan rasa iri di dalam hati (4) Menutup kesempatan untuk lebih mengembangkan potensi diri, sebab merasa cukup bisa saja membuat kita tidak bisa merambah ke bidang yang lain. N audzubillah mindzalik. Meski kita pun sama-sama paham bahwa rasa puas pun dibutuhkan untuk mengucap syukur atas apa yang Allah beri, pun bagian dari usaha berterima kasih p...