Langsung ke konten utama

Mengulang Ingatan: Part 10 Be a good, Sister!


Karomana-Topoyo, Mamuju Tengah. Kota yg begitu tenang, namun bising di dalam pikiran. Masih terngiang raut wajah kakak yang diselingi kesedihan dan bahagia. Jauh-jauh hari seperti kebiasaan lama ayah mengajak anaknya duduk bersila, bercerita tentang pilihan hidup anak-anaknya. Di momen itu pula kakak bercerita tentang keinginannya, kami dibuat paham bahwa suatu hari akan berurusan dengan keramahan kota ini, tentu saja setelah dibuat haru karena telah menyelesaikan pengabdiannya di Papua kurung satu tahun.


Katanya, Mamuju akan jadi pertimbangan paling mujarab ketimbang harus penempatan di Papua lagi atau setidaknya di pulau kalimantan. Mendengar itu, ayah lebih setuju sebab ia paham bahwa Mamuju adalah kota yang ramah untuknya, tentu saja karena banyak keluarga disana. Keluarga ibu juga keluarga bapak tentu saja. Guru Garis Depan, telah lama dinanti dan telah menjadi pilihan hidupnya sendiri. Lantas, siapa yg paling paham bahwa skenario Tuhan begitu hebat hingga hari ini kami menginjakkan kaki disini? Tentu kakak sendiri yg paling paham atas dirinya sendiri. Pun yg bertanggungjawab atas pilihannya adalah dirinya sendiri. Sejauh mata memandang sejauh itu pula pikiran dan hati kita digerakkan-Nya, jadi tenang saja! Semua karena kehendak-Nya. Air mata kakak menetes, sepuluh tahun bukan waktu singkat untuk ukuran seorang gadis.


Ia harus melintasi arus, jalan-jalan rusak, gelapnya malam tanpa listrik, nyanyian nyamuk seukuran lalat dan ah! sulit untuk ku gambarkan lewat tulisan. Aku tak bisa banyak berbuat, hanya rayuan mujarab saja yg bisa ku perintil di bibir, ku panjatkan kepada Tuhanku yg begitu ramah. Tuhan yg menggariskan setiap rezeki hamba-Nya, Tuhan yg mengatur jalan hidup hamba-Nya, meski kita pun paham ini tak lepas dari perencanaan hamba-Nya, tetap saja semua atas izin-Nya. Tuhan percaya kau gadis hebat! Aku tak pernah lupa bagaimana caramu menepuk bahuku jika keputus-asaan merangkul lebih dulu. Sejak kecil, didikan ayah menanam sawah pun kau yg paling tangguh.


Meski sesekali, aku yg kena puji. Tapi kami tetap saja kalah hebat darimu! Panas terik, lumpur dalam-gelap-pekat pun kita lalui. Lebih kuat dari kaki kerbau yg membajak sawah dan itu bukan sesekali. Percaya  saja bahwa Tuhan tak pernah tidur dalam penjagaan-Nya. Ingat kak, Allah is always beside of you! Siapa lagi yg lebih hebat dari-Nya? Bismillahirrohmanirrohim sukseslah dengan jalan yg kau pilih. Jalani dengan baik tugasmu dalam mengabdi. We love you 💕

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Baik

  Memilih milih teman itu boleh. Yang ngga boleh itu, memilih milih berbuat baik ke orang. Kenapa? Karena karaktermu bergantung dengan siapa lingkunganmu. Kalau bergaul dengan orang yang ngga bener, ya kecipratan juga ngga benernya. Kecuali kalau kamu udah bisa mastiin orang disekitarmu adalah orang yang baik. Dan akan memberi pengaruh baik. Atau, kamu udah bener-bener baik untuk menjadi orang yang berpengaruh baik di lingkunganmu. But, who knows? Kita manusia biasa, banyak khilafnya. Jadi, perlu ada batasan. Jangan semua dijadiin temen. Maaf. Saya berani bilang gini karena pengalaman yang mengajarkan. Bahwa ngga semua orang adalah baik dan memberi pengaruh baik untuk kita.  Jadi fokus saja berbuat baik semampunya, dan menjadi lebih baiklah dari hari hari sebelumnya.

Menikah Itu tentang Sebuah Keyakinan!

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh. Pembaca. Semoga tulisan ini mendapati kita dalam keadaan baik, niat yang baik dan harapan-harapan hidup yang baik. Kodratnya, kita adalah pendosa dan tak ada satupun yang benar-benar baik diantara kita. Kalaupun ada diantara kita yang terlihat baik, maka yang terlihat hanyalah sebatas usaha kita menjadi lebih baik, bertaubat pada-Nya. Jadi, mari menjadi baik tanpa menganggap diri jauh lebih baik. Yang salah adalah jika kita tak pernah berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ini, terus berkutat pada anggapan yang sama 'langkahku adalah jauh lebih baik' sebab anggapan inilah yang pada akhirnya menyeret kita yang telah baik malah kembali pada cerminan tak baik. Jika kita pernah dibuat terluka oleh satu sayatan, maka biarkan sayatan demi sayatan berikutnya menutupi rasa sakit yang kita tanggung sendiri, seperti itulah pengaruh pikiran membawa kita pada alam di bawah sadar. Belajar untuk memaafkan dan terus m...

Tak Perlu Ada Iri Diantara Kita

  Hal yang paling melekat dalam diri manusia dan tak bisa lepas adalah rasa ingin lebih atau rasa tak puas diri. Sebenarnya hal ini bisa saja positif, namun tak banyak yang sanggup mengontrol ini dengan baik. Karena sejatinya, merasa puas itu tak baik jika porsinya terlalu. Mengapa? karena terlalu cepat puas menghadirkan energi negatif bagi diri sendiri; (1) merasa terlena dan tak ingin lagi melakukan hal lain, jatohnya malas, (2) menjadi bangga diri, memuji diri, besar kepala dan sedikit saja akan menampakkan kesombongan (3) tertinggal langkah yang lain, hingga usaha kita banyak terlampaui oranglain yang pada akhirnya melahirkan rasa iri di dalam hati (4) Menutup kesempatan untuk lebih mengembangkan potensi diri, sebab merasa cukup bisa saja membuat kita tidak bisa merambah ke bidang yang lain. N audzubillah mindzalik. Meski kita pun sama-sama paham bahwa rasa puas pun dibutuhkan untuk mengucap syukur atas apa yang Allah beri, pun bagian dari usaha berterima kasih p...