Langsung ke konten utama

Panjang umur biar bahagia juga panjang umurnya

Hari ini sedikit awkward untuk mengisi hari dengan aktivitas yang tepat. Terlebih ruwetnya pikiran yang seperti semrawut dengan aktivitas yang itu-itu saja. Kebetulan, laptop suami terpajang rapi di atas meja. Pikiranku sedetik liar mengingat esok adalah hari berharga untuk seorang gadis yang paling dipanuti lelaki yang hari ini berstatus suami disampingku. Gadis yang 2013 lalu, jika Ku tak salah ingat. Sempat berhasil menggegerkan pikiranku. Fotonya sering sekali muncul di kronologi facebook laki-laki yang sedang ku cari tahu seperti apa watak dan kesehariannya, meski sekedar berselancar di dunia maya. Hari demi hari, semakin penasaran siapa gadis yang begitu sering di-tag namanya di postingan foto pemilik akun Andi Muhammad Qadri. Hingga malu sendiri, sesaat setelah Aku tahu. Gadis manis dan cantik yang berhasil meletakkan kecemburuanku adalah kakaknya sendiri. Pantas saja, begitu dekat. Tapi tak tepat karena telah menaruh perasaan yang tak harusnya dihadirkan. Terbongkarlah kekeliruanku. Setelah chat pertama yang ku loloskan ke Qadri, teman kelasku saat itu (meski tahun berikutnya bukan lagi) yang hari ini adalah suamiku. 

"Assalamualaikum... Qad, mau nanya boleh?"

"Iye.. kenapa?"

"Heheee.. tidakji. tidak jadi"

 

Begitu dingin. Takut pertanyaanku menimbulkan keanehan, terlebih salah tingkah. Lalu, sehari hingga berhari-hari ku berselancar lagi ke akun bernama Andi Nita Purnama, sempat enggan sih... tapi coba dulu, boleh jadi pencarian dunia mayaku hari ini mendapati kebenaran. Wah! Sontak kepalaku seperti ditinju kian kepalan. Ternyata, kesalahan besar dan prasangkaku beberapa hari terakhir ini mendapati fakta menakjubkan. Gadis yang ku cemburui adalah gadis yang memang harus menjadi panutan lelaki yang ku idolai. Kak Nita adalah kakak pertama suamiku. Ini menggilakan, seperti menggelitik diri sendiri, geli sendiri dan terbahak-bahak sendiri. Semakin hari, semakin Allah nampakkan sosok gadis ini di momen-momen yang juga tak kusangkakan akan dipertemukan.

Satu momen, Aku begitu gencar mengikuti komunitas-komunitas capacity building, terkhusus untuk personal development Aku sebagai anak bahasa Inggris. Termasuk bergabung dengan komunitas bernama Excellent Islamic Generation atau lebih dikenal dengan akronimnya, EXIT. Salahsatu komunitas yang juga menyimpan kesan sendiri dan meningkatkan rasa kagumku pada lelaki yang hari ini adalah suamiku (alhamdulillah). Hari itu pertemuan diadakan dipelataran kampus hijau, Indonesia Timur atau orang-orang mengenalnya UIN Alauddin Makassar. Aku dengan rasa penasaranku duduk dan menunggui orang-orang baru yang semakin banyak berdatangan. Ku tatap dengan jelas, gadis yang tempo hari kuceritakan mendekat dan aaaah... semakin malu!


 

Ku tarik nafas dalam-dalam dan ku hembuskan perlahan. Kebetulan kami datang lebih awal, memenuhi ajakan lelaki yang sedang ku taksir akhir-akhir ini. Lelaki yang ku anggap orang paling tepat untuk dijadikan lawan bicara dan kawan berpikir. Terlebih.. (masyaAllah) ku pernah kagum akan kelihaiannya mempelajari bahasa. Di Departemenku, paling sedikit yang mampu meraih nilai Test of English as a Foreign Language (TOEFL) yang digolongkan bagus, padahal kita sudah dipatok sebagai anak bahasa. Memang mengerikan, tapi seperti itulah mempelajari bahasa. Kita tidak bisa lirih bahwa ia pandai speaking berarti nilai tes Bahasa Inggrisnya tentu bagus. Sebab, kemampuan (skill); English TEST dan Daily Speaking Conversation adalah dua sisi mata uang yang berbeda, itulah mengapa ragam kemahiran dalam bahasa Inggris harus diletakkan pada porsinya masing-masing. Salah jika orang yang capciscus bahasa Inggrisnya lantaran dicap dengan mudah sebagai Expert of English. (Hahhaa.... sekalian curhat), sebagai penganut kepercayaan bahwa meraih skor TOEFL itu layak iman yang naik turun, percayalah It is big NO! Jadi, kamu yang lagi berjuang untuk skor TOEFL, semangat saja, anak Bahasa saja kadang harus berkali-kali membuka kitabnya.

Terlepas dari kekaguman itu, sebenarnya kekaguman pertamaku terkesan lucu-lucu dan jadi humor paling receh di kepala, setelah ia jadi milikku. Hari ini baru ketahuan setelah suami tanyakan perihal mengapa Aku menjatuhkan pilihan padanya, padahal pilihan tak harus dia, katanya. Dan baiklah! Karena hari ini kita telah resmi menjadi pasutri, jadi biarlah fakta ini diusik lagi. 

Jadi, kenyataannya pembaca! Awal pertama Aku begitu kagum dengan lelaki ini begitu klasik tapi apik dan berhasil menaruh perspektifku tentang prioritas dari ragam aktivitas. Di sela ruwetnya jam kuliah, pelan-pelan ku perhatikan gerak gerik lelaki yang berperangai lebih banyak diam ini, namun sangat sibuk di jam peralihan dua mata kuliah. Sela, jam kuliah menuju ishoma (istirahat sholat makan). Tiap kali jam menunjukkan waktu adzan dzuhur, kian kali juga ia tinggalkan kursi tempat ia menyimak penjelasan dosen. Izin pak, katanya. Begitu seterusnya hingga Aku yang begitu peka terhadap gerak-gerik orang-orang sekitar mendapati keajaiban yang begitu menakjubkan pada lelaki ini. Semoga ini menjadi pembelajaran untuk kita semua, tak hanya Aku. Setelah kubenarkan anggapan awalku. Memang, lelaki yang begitu banyak menciptakan tanya dikepalaku ini adalah lelaki yang alhamdulillah begitu memprioritaskan shalat lebih awal. Kebiasaannya keluar kelas di jam yang sama adalah untuk tujuan yang sama, beranjak menuju masjid yang gedungnya berdampingan dengan Fakultasku, ia berjalan sendiri. Allahu akbar!!! sempat membuat mata berkaca-kaca, haru. Mengingat, telah banyak waktu terlewat dengan tak begitu mengindahkan hal sederhana ini. Disini Ku semakin yakin menentukan pilihan, sebab di Kepalaku "shalat saja ia tak lupakan, tak ia tinggalkan, bahkan ia jaga dan utamakan. Harusnya, ini juga berlaku bagi perempuan pilihannya."

Setelah ku ceritakan hari ini pada lelakiku, malah jawabannya seperti ini:

Hahahaaa... salah orangki' pasti. iya sih seringka ke Masjid, tapi... ke WC nya... pergi berak!!

Begitu jawaban yang mengesalkan berhasil mendarat di antena telingaku. Tapi tetap saja, investigasiku tak pernah keliru, mataku sendiri saksinya dan ah sudahlah! Tidak baik menceritakan ini terlalu jauh. Intinya, ini alasan paling kuat mengapa Aku semakin menyukainya, terlebih mensyukuri pertemuan Allah dengannya meski hanya sekejap mata karena tahun berikutnya, Allah takdirkan ia untuk pindah universitas yang tentu lebih menjanjikan masa depannya. Selebihnya, rasa syukurku semakin besar ketika kita semakin diakrabkan dengan bergabung di komunitas yang sama. Hari itu EXIT adakan meeting debat sederhana kian kalinya. Dan kali ini, ku sempatkan waktu ikut ajakan yang keduanya. Lagi dan lagi, dibuat terpukau oleh kakak beradik yang tingkahnya selalu menarik senyum tipis-tipis di bibirku. Kebetulan Kak Nita adalah satu diantara pemangku kebijakan di komunitas ini, itulah sebab perannya seperti membabi buta momen-momen yang terekam, bukan kali pertama debat dan item lain di Komunitas ini diprotokoli olehnya. Disini, dimana momentum kakak Nita mengambil alih forum debat. Diperjelas aturan pertemuan, akan ada sesi memperkenalkan diri bagi member baru (new comers) yang belum pernah mengenalkan diri, waktunya kena giliran. Kebetulan, Aku yang dapat kesempatan pertama, disusul lelaki yang duduk di shaf depanku. Di moment lelaki itulah, salahseorang pengurus forum sontak berteriak " Nyanyi... nyanyi.. nyanyi"  Ternyata ulah Kak Nita.

MasyaAllah. Dibalik pendiamnya, ada suara emas yang sedang ia sembunyikan, ternyata. Yah... kurang lebih begitulah awal pengenalan dengan gadis yang juga ku panuti hari ini, terlebih suamiku. Meski di momen tahun-tahun berikutnya, Allah takdirkan lagi untuk kami bertemu. Aku dan kakak Nita ternyata ditakdirkan melanjutkan studi Strata dua di Kampus yang sama. Pelan-pelan Ku semakin banyak tahu tentang beliau. Meski tak begitu rutin bertemu, tapi sudah terlihat seperti apa perangainya yang membuat seorang lelaki yang juga sekampus denganku, jatuh hati. Lelaki yang tentu juga ku kenal di Komunitas yang sama kala itu. Kata suamiku, mereka telah lama saling mengagumi satu sama lain. Doakan segera! Semoga Allah satukan keduanya dalam ikatan halal segera. Allahumma allahumma aamiin.


 

Takdir Allah maha baik, menyatukan kami sebagai adik Ipar dan kakak Ipar hari ini, semakin hari semakin kudapati jawaban-jawaban mengapa suamiku begitu menyayanginya, terlebih menempatkannya pada barisan yang diidolakan. Katanya, kakak Nita adalah kakak yang sangat baik dimasa kecil hingga hari ini, perannya sangat penting bahkan hingga hari pernikahan kami. Sosoknya tak pelit, begitu pelik jika diceritakan detail-detailnya mengingat betapa unik gambaran dirinya. Jika menengok kebelakang, semasa kecil hingga hari ini Kakak Nita lah saudara pertama tempat ia mengadu dan dengan luwes dimintai tolong, terlebih minta duit pasti ringan sekali tangannya. Tegas suami, "Makanya.. kalau hari ini momennya terbalik, kita kudu siap-siap dengan tangan diatas untuknya." InsyaAllah, selama Allah limpahkan kemakmuran, rezeki dan kesempatan berbagi kebaikan. Hanya saja kadang orang salah menilik tentangnya. Hatinya terlalu lembut, kalau ku filosofikan seperti mengalahkan lembutnya kain sutra. Itulah gampang sekali jatuh air matanya, tapi kenyataan ini yang patut Ku syukuri, memiliki keluarga yang lembut hati dan perangainya. Pun tak sesekali saja ku ucap syukur dan mendapati kenyataan yang sama bahwa mama, Etta (ayah mertua) juga punya hati selembut itu. Kian kali bergumam dalam hati, "MasyaAllah.. betapa baik Allah dengan menakdirkan pasangan dengan keluarga yang begitu hangat dan meneduhkan"  Tentu, Aku yang gampang sekali meluruhkan air mata ini merasa nyaman meski tak harus menjelaskan mengapa Aku menangis. Semoga kesamaan pribadi ini yang ciptakan rasa senang dan persaudaraan yang mendalam dari hati yang paling dalam. Aamiin.


 

Sebatas itu cara menilaiku tentang sosok kakak Nita hari ini, mungkin beberapa purnama dan silih waktu berganti akan semakin paham dan mengenali. Inti dari tulisan ini adalah doa. Doa untuk seorang kakak yang Allah hadiahi detik ini umur panjang untuk ia mengulang tanggal lahir! Alhamdulillah.

“Ya Allah, panjangkanlah umurnya, sehatkanlah jasadnya, terangilah hatinya, tetapkanlah imannya, baikkanlah amalannya, serta luaskanlah rezekinya. Allahumma aamiin.. aamiin ya Robbal aalamiin”

 Selamat ulang tahun kakak. Panjang umur ya! Biar bahagia kami panjang umurnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Baik

  Memilih milih teman itu boleh. Yang ngga boleh itu, memilih milih berbuat baik ke orang. Kenapa? Karena karaktermu bergantung dengan siapa lingkunganmu. Kalau bergaul dengan orang yang ngga bener, ya kecipratan juga ngga benernya. Kecuali kalau kamu udah bisa mastiin orang disekitarmu adalah orang yang baik. Dan akan memberi pengaruh baik. Atau, kamu udah bener-bener baik untuk menjadi orang yang berpengaruh baik di lingkunganmu. But, who knows? Kita manusia biasa, banyak khilafnya. Jadi, perlu ada batasan. Jangan semua dijadiin temen. Maaf. Saya berani bilang gini karena pengalaman yang mengajarkan. Bahwa ngga semua orang adalah baik dan memberi pengaruh baik untuk kita.  Jadi fokus saja berbuat baik semampunya, dan menjadi lebih baiklah dari hari hari sebelumnya.

Menikah Itu tentang Sebuah Keyakinan!

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh. Pembaca. Semoga tulisan ini mendapati kita dalam keadaan baik, niat yang baik dan harapan-harapan hidup yang baik. Kodratnya, kita adalah pendosa dan tak ada satupun yang benar-benar baik diantara kita. Kalaupun ada diantara kita yang terlihat baik, maka yang terlihat hanyalah sebatas usaha kita menjadi lebih baik, bertaubat pada-Nya. Jadi, mari menjadi baik tanpa menganggap diri jauh lebih baik. Yang salah adalah jika kita tak pernah berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ini, terus berkutat pada anggapan yang sama 'langkahku adalah jauh lebih baik' sebab anggapan inilah yang pada akhirnya menyeret kita yang telah baik malah kembali pada cerminan tak baik. Jika kita pernah dibuat terluka oleh satu sayatan, maka biarkan sayatan demi sayatan berikutnya menutupi rasa sakit yang kita tanggung sendiri, seperti itulah pengaruh pikiran membawa kita pada alam di bawah sadar. Belajar untuk memaafkan dan terus m...

Tak Perlu Ada Iri Diantara Kita

  Hal yang paling melekat dalam diri manusia dan tak bisa lepas adalah rasa ingin lebih atau rasa tak puas diri. Sebenarnya hal ini bisa saja positif, namun tak banyak yang sanggup mengontrol ini dengan baik. Karena sejatinya, merasa puas itu tak baik jika porsinya terlalu. Mengapa? karena terlalu cepat puas menghadirkan energi negatif bagi diri sendiri; (1) merasa terlena dan tak ingin lagi melakukan hal lain, jatohnya malas, (2) menjadi bangga diri, memuji diri, besar kepala dan sedikit saja akan menampakkan kesombongan (3) tertinggal langkah yang lain, hingga usaha kita banyak terlampaui oranglain yang pada akhirnya melahirkan rasa iri di dalam hati (4) Menutup kesempatan untuk lebih mengembangkan potensi diri, sebab merasa cukup bisa saja membuat kita tidak bisa merambah ke bidang yang lain. N audzubillah mindzalik. Meski kita pun sama-sama paham bahwa rasa puas pun dibutuhkan untuk mengucap syukur atas apa yang Allah beri, pun bagian dari usaha berterima kasih p...