Langsung ke konten utama

DARI COVID-19 KITA BELAJAR



Mengawali tahun 2020 dan meluruskan niat ikut suami di tanah rantauan. Meninggalkan kesibukan yang telah lama ku geluti, sebagai pengajar Bahasa Inggris di salahsatu Universitas Islam Negeri di Indonesia Timur. Juga, sebagai translator sekaligus guide tamu penting di kampus merah, Sulawesi Selatan.

Ku tuntaskan satu semester dan ku tinggalkan dengan baik semua kewajiban yang sudah ku mulai sejak lama. Tentu saja dengan tujuan yang sama "Mencari keridhoan-Nya." Terlebih sejak september 2019 statusku telah berubah menjadi istri seorang lelaki pilihan hatiku sendiri.

MasyaAllah tabarakallah. Selang beberapa waktu setelah ku tinggalkan tanah kelahiran dan menjalani hari demi hari di tanah rantau, dikabarkan munculnya wabah/virus mematikan bernamakan COVID-19. Sontak seluruh masyarakat dunia digegerkan seiring banyaknya korban berjatuhan. 

Sempat juga, kami dibuat panik hingga mengurung diri dan sangat membatasi diri berinteraksi. Yang awalnya banyak aktivitas offline, seketika disihir seolah kehidupan serba online. Tahu ataupun tidak, semua dituntut untuk mempelajari. Sebab hanya dengan cara ini, segala aspek/ hal bisa tetap berjalan. 

Putaran pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan banyak lini lainnya, semua digerakkan dengan cara online. Termasuk diantaranya memenuhi kebutuhan harian. Semua serba online, mulai dari kebutuhan primer makan dan minum hingga kebutuhan sekunder dan tersier. Nah, dari kondisi inilah akhirnya kita mulai dimanjakan dengan banyak kemudahan-kemudahan. 

Memenuhi kebutuhan harian, hingga bekerja semua dikerjakan dari rumah. Dari sini aku pun semakin yakin bahwa pilihan takdir yang Allah jatuhkan adalah terbaik untukku. Bahkan banyak peluang-peluang yang terbuka dengan memutuskan ikut suami dan bekerja dari rumah saja.

Memanfaatkan platform jualan EVERMOS untuk memulai buka usaha dari rumah, memanfaatkan sosial media untuk menawarkan jasa menerjemahkan yang ku bisa. Membuat konten youtube untuk mengisi waktu kosong dan mengasah skill yang ku punya.

Hari ini. Saat COVID-19 dinyatakan telah lenyap dari muka bumi. Alhamdulillah, Allah mudahkan jalan bagi kami kembali ke tanah daeng, tanah kelahiran kami sebab suami sudah mutasi kembali kesini. Semoga bertahan lama, kalau perlu hingga akhir masa kerja tetap di kota ini tanpa penempatan ulang di luar daerah😊😇 

Kami juga sudah punya rumah sendiri, aku pun sudah sangat betah menjalani hari-hari sebagai ibu rumah tangga yang lebih banyak di rumah dan menghabiskan sedikit waktu di luar sesekali. Mengajar kembali di tempat pengabdian lama, sekali sepekan lumayan mencairkan otak yang hampir beku.

Juga, diamanahkan sebagai koordinator reseller EVERMOS area Makassar, sebuah platform jualan produk dari ribuan brand se-Indonesia. Termasuk brand Golden Corn yang akhir-akhir ini sering sekali muncul di beranda sosial media ku. Salahsatu produk andalan dari Sulawesi Selatan yang kini dipasarkan lewat EVERMOS juga.

MasyaAllah.. alhamdulillah semoga diberkahi tiap inci ikhtiar kita ya, aamiin.

Klik link whatsappku disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menikah, Merantau dan Makna Perempuan

Menjadi perempuan yang ditakdirkan hidup sebagai pendamping laki-laki yang mengharuskan dirinya merantau untuk menafkahi tentu tantangan tersendiri. Saya masih ingat betul bagaimana menjalani keseharian sebagai pelajar sekaligus pengajar di sebuah Institusi Pendidikan Tinggi, banyak mewakafkan waktu untuk belajar dan mengajar sebelum akhirnya melepas status single jadi married. Di titik ini, kondisi krisis menyapa dan saya harus menentukan pilihan hidup yang tentu saja saya telah dibuat paham resiko kedepannya. Menikah dan merantau adalah dua hal yang amat erat dan tidak bisa dihindari. Menikah dengan pasangan saya hari ini artinya saya telah siap menjalani kehidupan dengan dimensi baru yang Tuhan hadapkan untuk kami. Menjalani kehidupan dengan sabar dan penuh rasa syukur adalah kunci dari kian kejadian-kejadian yang bergantian. Sungguh. Saya adalah satu diantara perempuan-perempuan yang menaruh banyak harapan di dada tentang hal-hal yang baik di masa depan. Namun, pada kenyataan seben

Kehidupan Mengajarkan untuk Terus Memaafkan

Bercerita tentang memaafkan, satu langkah ini begitu sulit bagi sebagian orang, namun lebih menyulitkan lagi jika kita masih saja membiarkan masalah bersemayam di dalam diri kita , bukan? Tentu tak hanya saya, pun masing-masing kita pernah menanggung kesedihan demi kesedihan dalam hidup yang fana. Tentu saja saya tak berani mengatakan ini jika saya sendiri tak pernah melaluinya. Jelas telah banyak kejadian-kejadian yang Allah hadapkan hingga hari ini, hingga seperempat abad lebih umur rata-rata manusia yang dihadiahkan sang pencipta alam dan seisinya. Bukan kali pertama, ini adalah kian kali. Betapa hidup dipenuhi persoalan-persoalan, dikecewakan, dipatahkan hatinya, dibohongi, ditolak, dicemooh, digunjang-ganjingkan, diperlakukan tidak adil yang tentu saja tak ada habisnya untuk diceritakan. Jika ingin bijak melihatnya, tentu kita paham bahwa hidup tanpa persoalan lah yang perlu dipertanyakan. Apakah kita masih hidup atau kita sedang mati suri? Seperti itulah onak duri kehidupan, te

Menjadi Baik

  Memilih milih teman itu boleh. Yang ngga boleh itu, memilih milih berbuat baik ke orang. Kenapa? Karena karaktermu bergantung dengan siapa lingkunganmu. Kalau bergaul dengan orang yang ngga bener, ya kecipratan juga ngga benernya. Kecuali kalau kamu udah bisa mastiin orang disekitarmu adalah orang yang baik. Dan akan memberi pengaruh baik. Atau, kamu udah bener-bener baik untuk menjadi orang yang berpengaruh baik di lingkunganmu. But, who knows? Kita manusia biasa, banyak khilafnya. Jadi, perlu ada batasan. Jangan semua dijadiin temen. Maaf. Saya berani bilang gini karena pengalaman yang mengajarkan. Bahwa ngga semua orang adalah baik dan memberi pengaruh baik untuk kita.  Jadi fokus saja berbuat baik semampunya, dan menjadi lebih baiklah dari hari hari sebelumnya.